Senin, 16 Desember 2013

KTP Baru Mr. Popo

Mr. Popo adalah seorang warga negara Indonesia kelahiran Jepang. Ia menetap di Indonesia sejak 4 tahun yang lalu setelah sekian lama tinggal di tempat kelahirannya di Shibuya, Jepang. Kini ia menjadi warga negara Indonesia yang resmi. Menyadari umurnya yang sudah lebih dari 17 tahun, Mr. Popo ingin memenuhi salah satu kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, yaitu memiliki KTP pribadi. Setelah memahami langkah-langkah pembuatan KTP yang ia baca dari jangkauan internet kemarin malam dan mempersiapkan diri serta membawa berkas-berkas yang diperlukan, Mr. Popo pun berangkat menuju kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat yaitu di kota keberadaannya, Denpasar, Bali.

Sesampainya di tujuan, keadaan disana tidak begitu ramai karena Mr. Popo datang tepat pada pukul 7 pagi. Mr. Popo lalu mengambil nomor antrean di loket. Ia senang mendapat giliran ke 7. Setelah nomor antreannya dipanggil, Mr. Popo kembali ke loket untuk menyerahkan data-data miliknya yang diperlukan untuk membuat KTP. Ayu si penjaga loket menyapa dan memberi senyum hangat kepada Mr. Popo. Mr. Popo tersipu dan membalas senyum Ayu dengan jantung yang berdegup tidak beraturan.

Setelah Ayu mengecek dan memproses data-data Mr. Popo, ia mempersilahkan Mr. Popo untuk duduk kembali dan menunggu giliran untuk difoto. Mr. Popo tanpa sadar memandang Ayu terlalu lama sehingga responnya pada perkataan Ayu menjadi lamban dan gerak-geriknya menjadi kikuk. Sampai akhirnya ia merasa seseorang di belakangnya mendorong tubuh Mr. Popo dengan kasar.

Orang yang mendorong Mr. Popo adalah Jabrik, anak seorang pemuka di daerahnya yang terkenal suka membuat keributan dan sikapnya yang kurang santun. Bahkan beberapa bulan yang lalu, Jabrik ditahan oleh kepolisian setempat karena tertangkap sedang berjudi di kawasan pemukiman warga. Mr. Popo merasa risih tapi segera menghiraukannaya dan meninggalkan antrean lalu duduk di kursi tunggu. Walaupun duduk dari kejauhan, pandangan Mr. Popo tidak terlepas dari Ayu yang sedang sibuk mengurus data-data Jabrik. Setelah beberapa menit berlalu, Jabrik duduk di sebelahnya, menunggu giliran difoto.

Tiba-tiba, Mr. Popo merasa perutnya tidak nyaman. Tanpa disengaja Mr. Popo buang angin sehingga membuat semua orang di ruangan itu melihat ke arah Mr. Popo. Ada yang memperlihatkan muka jengkel, ada juga yang menahan tawa. Sampai-sampai seorang ibu yang tengah menyuapi makan anaknya pun memberi tatapan kesal dan mengajak anaknya menjauh dari Mr. Popo Mr. Popo hanya tersenyum malu. Ia menyesali perbuatannya sendiri karena tadi ia sarapan dengan lauk sayur jengkol.

Ketika namanya disebut, Mr. Popo segera memasuki ruang pemotretan. Setelah selesai, ia keluar dari ruang itu dengan gembira karena ia hampir selesai mengurus KTP nya. Namun tidak disangka, Jabrik sudah berdiri di hadapannya dengan wajah yang tidak menyenangkan. Ternyata, Jabrik kesal kepada Mr. Popo karena insiden buang angin Mr. Popo tadi. Jabrik pun menegur dan memarahi Mr. Popo di tempat umum seperti itu tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya. Lalu Jabrik mengambil kerah baju Mr. Popo, hendak memukulnya. Pasangan Jono dan Putri yang sedang duduk menunggu di dekat Mr. Popo dan Jabrik pun terkejut. Sebelum sebuah pukulan dari Jabrik mendarat di wajah Mr. Popo, Mr. Popo hanya bisa menutup mata dan pasrah. Tetapi syukurlah Jono dengan gesit menengah pukulan Jabrik dan berusaha memisahkan Jabrik dan Mr. Popo. Di tengah ketegangan itu, tiba-tiba terdengar tangisan seorang anak yang juga sedang berada di ruang tunggu itu karena ketakutan melihat Mr. Popo dan Jabrik yang hanya membuat pusing Jono kian bertambah. Putri juga sedang berusaha mencari pihak keamanan sekitar dengan tergesa-gesa. Ayu yang sedang berada di loket juga terkejut.

Setelah 2 satpam datang, Jabrik pun bisa ditenangkan. Setelah itu Mr. Popo memilih untuk menunggu KTP nya yang sedang diproses itu sambil berdiri, jauh dari Jabrik. Akhirnya tiba saat gilirannya untuk mengambil KTP. Mr. Popo menghampiri loket lalu Ayu menyerahkan KTP Mr. Popo. Sebelum Mr. Popo pergi, Ayu sempat menanyakan apakah Mr. Popo baik-baik saja. Tetapi karena terlanjur lelah dan kesal, Mr. Popo hanya mengangguk pelan sambil tersenyum lalu pulang.